loading...

PENTING! Kenali Wabah Difteri dan Jenis Vaksin yang Patut Dikenali Untuk Buah Hati

Loading...
Kembali mewabahnya penyakit difteri di Indonesia membuat Kementerian Kesehatan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kasus tersebut. Tercatat hingga November 2017, sudah ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi melaporkan kasus mematikan ini.

Menurut data Kementerian Kesehatan, difteri sebenarnya sudah ada sejak 1990-an. Dan sejak itu, kasus difteri hampir tidak pernah dilaporkan. Baru pada tahun 2009, wabah yang sempat menghebohkan ini kembali menyerang, seperti dilansir dari laman Tribunnews.com.


Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans, penderita akan mengalami sakit tenggorokan, demam, kelenjar getah bening membengkak, kesulitan menelan, pembengkakan jaringan lunak di leher (bullneck) dan tubuh yang tak bertenaga.

Diperkirakan setidaknya risiko kematian bagi penderita difteri adalah sebesar 3 persen, bahkan meski dengan menggunakan pengobatan. Terlebih lagi bagi penderita yang berusia di bawah 15 tahun, risiko tersebut semakin tinggi.

Gejala dari penyakit difteri biasanya muncul dua hingga lima hari usai seseorang terserang. Gejala difteri seperti, lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan dan amandel, sakit tenggorokan, suara serak, pembesaran kelenjar getah bening di leher hingga kesulitan bernapas atau bernapas terlalu cepat.

Selanjutnya pasien akan mengalami demam dan menggigil atau perasaan tidak enak pada sekujur tubuh. Pada beberapa orang, infeksi bakteri tidak menunjukkan gejala yang jelas sehingga menjadi cukup sulit untuk didiagnosis.

Penularan wabah ini melalui kontak fisik dan pernapasan orang ke orang yang telah terinfeksi. Adapun komplikasi lain yang tak kalah seriusnya adalah detak jantung pasien menjadi tidak normal, sehingga sangat mungkin menyebabkan gagal jantung.

Tak hanya terjadi di daerah beriklim tropis, difteri juga diberitakan banyak menyerang di wilayah negara berkembang di mana tingkat imunisasi masih cukup rendah. Pasalnya di Amerika Serikat maupun Eropa Barat, penyakit difteri jarang dilaporkan.

Baca Juga: Sekilas Tak Ada Yang Aneh, Tapi Perhatikan Wajah Wanita Ini, Ada Yang Janggal


Untuk saat ini, Indonesia sudah memberlakukan program vaksin untuk imunisasi difteri sejak lima dasawarsa. Adapun jenis vaksin imunisasi difteri, yakni DPT-HB-Hib. Vaksin DT dan Td diberikan pada usia yang berbeda.

Pada umumnya vaksin difteri dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Vaksin tiga dalam satu ini lebih dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis. Melalui suntukan di lengan atau paha, vaksinasi diberikan pada anak usia 2, 4 dan 6 bulan, 15-18 bulan dan 4-6 tahun.

Lantaran daya tahan tubuh terhadap penyakit difteri bisa berkurang seiring waktu, maka suntikan booster diperlukan. Tiga dosis diberikan pada interval setiap bulan, sementara dua dosis penguat lanjutan diberi 10 tahun terpisah.
Loading...
Loading...
close
Loading...